Entries Tagged as 'Uncategorized'

Semangkuk Creamy Delight menjadi menu yang saya pilih malam itu, melepas penat sehabis rapat. Tak seperti biasanya, malam itu saya memilih meja yang posisinya di tengah, sehingga saya cukup leluasa memandang sekitar, termasuk ke arah outlet-outlet makanan.
.
Perpaduan puding mangga, kacang merah, cincau, sari kelapa, dan susu segar itu enak sekali. Tak heran beberapa kali rencana diet gagal dan quote “Count blessings not calories” jadi alasan sok bijak yang menguatkan tekad saya untuk menikmati kelezatan Creamy Delight itu.
.
Suap demi suap saya nikmati sambil memperhatikan suasana sekitar. Ada keluarga yang sedang menikmati makan malam sambil megang ponsel semua, ada anak kecil yang heboh makan mie, ada juga orang yang berduaan bikin baper hehhehee
.
Diantara kebaperan saya, saya baru menyadari ada beberapa orang yang sejak saya duduk menikmati semangkuk Creamy Delight tadi belum sekejap pun duduk. Mereka berdiri, entah itu melayani pembeli yang silih berganti datang dan pergi, ada juga yang hilir mudik membersihkan meja dan lantai, ada juga bapak petugas keamanan yang berdiri memantau keadaan.
.
Jika berdiri dalam keseharian pekerjaan saya adalah pilihan, maka bagi mas-mba tersebut bukan pilihan. Dalam pekerjaan mereka, berdiri adalah keharusan. Sedangkan bagi saya, jika bosan di depan laptop, saya bisa sesekali berjalan-jalan ke meja rekan kerja lainnya, ataupun sekedar membuat kopi dan rehat sejenak. Bahkan, jika saya merasa butuh ketenangan lebih untuk konsentrasi menelaah, saya bisa membawa berkas pekerjaan saya ke tempat lain yang suasananya lebih tenang.
.
Ah, masalah duduk dan berdiri ini mungkin bagi sebagian orang lain adalah hal kecil dan sangat biasa, tapi bagi saya, saat itu mengingatkan betapa nikmatnya bekerja dengan bisa lebih banyak duduk dan memiliki pilihan mau duduk ataupun berdiri kapan pun saya kehendaki. Di sisi lain, mungkin saya tidak akan kuat jika harus bekerja dengan lebih banyak berdiri seperti mas mba bapak ibu tersebut.
.
Yang paling saya sadari lainnya adalah gara-gara duduk berdiri itu tak sadar semangkuk Creamy Deligt saya tinggal tersisa beberapa suap. Ini mah lebih ke laper aja kali ya š
.
Episode duduk-berdiri ini berlanjut keesokan harinya saat saya harus mengantar Qowiy, Motor Supra X 125D jadul saya mengisi tangkinya. Diantara antrian itu saya melihat mas-mas petugas POM tersebut berdiri melayani pengisian bensin motor dan mobil yang datang. Terus berdiri tanpa sesekali duduk diantara mereka melayani pengisian bensin.
.
Tak berhenti di POM bensin, episode duduk berdiri ini berlanjut sore hari saat pulang melintasi jembatan Sungai Cisadane melihat seorang bapak penjual mie ayam mendorong gerobaknya beranjak pulang, juga bapak penjual mpek-mpek dengan hal yang sama. Mereka harus mendorong gerobaknya menyusuri jalanan yang kadang harus menanjak dan berebutan dengan pengguna lalu lintas lainnya. Lebih trenyuh lagi jika ketika sudah menjelang magrib seperti itu dagangannya masih terlihat banyak. Kadang hanya bisa mendoakan semoga diberi kemudahan rezeki dan diberi kesehatan dan kesabaran.
.
Episode tentang duduk berdiri ini berakhir saat saya melintasi rel commuter line Jakarta Bogor dengan pemandangan penumpang penuh sesak berdiri berdesakan di dalamnya. Tantangan transportasi keseharian yang harus saya hadapi ‘hanya’ macet di beberapa titik saat pulang dan pergi bekerja. Saya tidak harus berdiri berjam-jam berdesakan setiap hari pulang dan pergi di gerbong commuter line tersebut.
.
Beberapa episode duduk berdiri ini membuat saya tersadar, banyak hal dalam keseharian pekerjaan saya yang harus lebih banyak disyukuri. Pun ruang kerja saya minimalis, tapi setidaknya saya punya meja kerja lengkap dengan fasilitas laptop, listrik, telepon, dan juga internet. Belum lagi pemandangan rumput, pohon, dan langit yang setiap hari menjadi pemandangan keseharian kerja saya. Walaupun saya memimpikan ruang kerja dengan pemandangan Puncak Gunung Salak hehhehe
.
Hal yang harus saya syukuri juga tentang pekerjaan saya yang memberi kesempatan saya mempelajari banyak hal, dan di atas itu semua, dalam pekerjaan ini saya punya pilihan untuk duduk dan berdiri kapan saja saya kehendaki. alhamdulillah.
Bogor, 17 April 2018. 16.58
Tags: Uncategorized
Tags: Uncategorized

Siang itu seperti biasanya jalanan (tol)Ā ibukota padat merayap, kami berenam bergerak menuju Universitas Sumatera Utara, salah satu PTN terbaik di pulau Sumatera. Perjalanan dinas kami kali ini adalah kunjungan kerja terkait pengelolaan PTNbh yang saat ini memasuki era barunya setelah berubah dari PT BHMN, USU dan IPB termasuk dari 7 PTN awal yang menjadi PT BHMN kemudian menjadi PTNbh. Tapi tulisan ini bukan menceritakan tentang hasil kunker itu, tapi tentang pertemuan singkat saya dengan seorang profesor yang bagi saya sangat berkesan.
Namanya Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S., seorang profesor Hukum Pidana/Lingkungan di USU. Beliau menjabat sebagai Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana USU, juga sebagai Sekretaris Majelis Wali Amanat USU (2004-2009, 2009-2014). Kunjungan kerja kami sebenarnya tidak diagendakan untuk bertemu dengan beliau, tapi karena Prof. tersebut telah beberapa kali bertemu dalam pertemuan PTNbh maupun Derden Verzet USU dalam perkara susu formula, maka kami secara informal mengabari bahwa kami sedang dalam perjalanan ke USU.
Sesuai rencana semula, Rabu malam kami sampai di Medan, dan Kamis pagi kami akan bertemu salah satu Kepala Biro di USU. Kami pun telah merencanakan menyewa mobil untuk memudahkan kami dari hotel menuju USU.Ā Kamis pagi, saat sarapan sebelum ke USU, Prof. Alvi menelpon, selain mengajak bertemu, Prof. Alvi menawarkan untuk menjemput kami dari hotel ke USU. Tentu sungkan kami menerima tawaran tersebut, kami pun menolak secara halus, beralasan bahwa kami berenam tentu akan merepotkan, dan alasan-alasan penolakan lainnya. Tapi ternyata Prof. Alvi tetap akan menjemput kami ke hotel.
Jam telah menunjukan pukul 8.30, sebagian dari kami telah berkumpul di lobby bersiap menuju USU. Saya yang menyusul kemudian ke lobby bertemu Prof. Alvi yang ternyata telah sampai di hotel. Sungkan saya menyapa, da saya mah siapa atuh.. wajar jika beliau lupa, eh beliau menyapa “kalo dengan mbaknya kita pernah bertemu ya..”
Wah beliau ingat saya ternyata.. horee.. š Padahal hanya beberapa kali bertemu, itu pun saya hanya mendampingi atasan. Yah, seperti kesan pertama ketika bertemu beliau beberapa tahun lalu, seorang Profesor yang sangat ramah.
Baiklah, tim kami sudah lengkap, kami berjalan menuju parkiran dimana mobil Prof. Alvi terparkir. Karena kami saja sudah berenam, saya bayangkan mungkin 2 mobil, atau supir Prof. Alvi menunggu di mobil. Dan ternyata, Prof. Alvi langsung yang menyetir mobil membawa kami ke USU. Wah.. masya Allah, diluar perkiraan saya, kirain supirnya aja yang jemput ke hotel bawa mobil beliau, atau beliau bawa supir, eh ini beliau langsung yang menjemput dan menyetir buat kami. Tersanjung, terharu, secara ya saya kan jarang sekali berinteraksi dengan Profesor, apalagi berada di belakang kemudi alias disetirin, seriusan double tersanjung deh kami.. eh saya.. š
Pun beliau itu beralasan kenapa jemput kami karena kebetulan letak rumah beliauĀ dan hotel searah menuju USU. Ah Prof, sepertinya jarang ya yang mau sengaja menjemput demikian, walaupun searah. Dan ternyata kebaikan beliau tidak berhenti di situ saja. Setelah menanyakan agenda kami selama di Medan, dalam perjalanan ke USU, Prof. Alvi pun menelpon anak (atau kerabatnya) untuk mengantarkan kami selama di Medan. Luar biasa baik ya Prof ini š
Selain kebaikan pagi itu, ketika kami mampir ke kantor Prof. Alvi untuk pamitan, dalam waktu yang singkat yang ada beliau sempat bercerita bagaimana kiprah beliau sebagai Wakil Direktur II di Sekolah Pascasarjana USU. Dari cerita singkat itu pun kami belajar bahwa dalam melakukan perubahan itu pasti menimbulkan ekses, tapi teruslah bergerak mewujudkan perubahan menjadikan organisasi yang jauh lebih baik, buktikan bahwa di tangan kita, organisasi itu menjadi jauh lebih baik.
Jadi ya, kalo ada peribahasa padi semakin berisi semakin merunduk, itulah gambaran Prof. Alvi bagi saya.Ā Gelar akademiknya sebagai seorang Profesor tidak membuatnya segan untuk melakukan kebaikan ‘sederhana’ seperti menjemput dan menyetiri kami. May Allah always bless you, Sir.
Eh trus ya, pertemuan singkat itu juga membuat saya berkaca, sudahkah saya sebaik beliau? Jika saya sangat ‘tersanjung’ dengan kebaikan beliau, tentu orang lain pun akan merasakan hal yang sama jika saya melakukan hal serupa.
Jadi ya itulah sejumput cerita saya saat ke USU, tentang kebaikan-kebaikan ‘sederhana’ yang sangat berkesan buat saya š Semoga saya bisa belajar dari kebaikan beliau tersebut. cmiiw.
_
Keterangan foto :
Saya terlalu sungkan untuk meminta foto bersama beliau, jadi fotonya di depan ikon USU aja š [sstt… ini mah ngeles.com.. padahal mah mo anarkis.. eh narsis..Ā hhehehhee.. :D]
Tags: Artikel Umum · Uncategorized
Pagi masih terasa sejuk, jarum jam di dinding menunjukkan jam delapan kurang beberapa menit. Satu persatu rekan kerja datang dan menempati meja kerja masing-masing. Seperti biasa, sambil menunggu apel doa pagi dimulai, setelah PC dinyalakan, laman yang pertama kali saya buka adalah web internal perusahaan.
Web internal ini adalah media komunikasi internal perusahaan yang berisi beragam hal yang harus diketahui seluruh elemen perusahaan. Mulai dari visi, misi, rencana jangka pendek, menengah dan panjang, sampai kebijakan perusahaan terbaru, termasuk peraturan yang harus diketahui oleh semua elemen. Dengan kantor cabang mulai dari Aceh hingga Papua, web internal jadi sarana cukup efektif dalam penyebaran informasi penting perusahaan. Sehingga tidak ada kata tidak tahu tentang kebijakan perusahaan karena semua sudah disediakan di web internal tersebut.
Selain hal-hal ‘serius’, tersedia juga fitur – fitur ringan, seperti sharing foto-foto kegiatan dari kantor cabang, berita-berita terbaru tentang pegawai, dari yang menikah, lahiran, mutasi dan lain sebagainya. Juga terdapat forum berbagi saran/pendapat/dll dengan dimoderatori CS.
Salah satu laman favorit saya adalah artikel pembuka dari ‘Big Boss’ yang biasanya diganti minimal sekali sebulan. Tak seperti biasanya saya lewati, artikel pembuka ini tak bosan saya baca berulang kali, karena setiap kali membacanya seperti tertular energi positif tentang sebuah visi besarĀ yang dibagikan melalui tiap huruf yang ia tuliskan. (agak lebay deh gw hehehehee)
Sagala Aya
Didedikasikan sebagai sarana terupdate, tercepat dan terpercaya dalam memberikan segala informasi tentang perusahaan, web internal dibuat sedemikian rupa dinamis dan asik dikunjungi. (Dufan kali asik dikunjungi hehehee.. ) Update laporan kemajuan kegiatan periodik tiap cabang menjadi sarana unjuk prestasi sekaligus ‘teguran’ untuk cabang terkait. Yah, siap-siap malu aja jika laporan cabangnya masuk terendah, karena update tersebut dapat dibaca seluruh elemen.
Karena menjadi satu tempat yang diandalkan menjadi sumber informasi terbaru, terpercaya dan tercepat, semua elemen memantau web internal ini setiap saat. Setiap unit terkait akan mengupdate konten yang menjadi tanggung jawabnya secara cepat. Karena itu terdapat link ke berbagai unit menjadi satu kesatuan yang memudahkan didapatkannya informasi. Dengan berbagai fitur yang disediakan, saya menyebutnya web sagala aya ^.^
Keuntungan lain dari web internal adalah menghemat kertas dan dapat diakses kapan pun dimanapun selama ada sinyal (wah Ruang Rapat HPH tidak termasuk berarti, secara blank spot area alias kagak dapet sinyal ^.^)
***
Lain padang lain ilalang. Jika dulu saya sering akses web internal, sekarang saya sering akses email internal.. heheheee..
btw 2009-2014, tak terasa lima tahun sudah berlalu sejak saya terakhir kali mengakses web internal itu. Apa kabar ya ia sekarang? Masihkah ia asik dikunjungi setiap pagi? Masihkah ia menarik seperti saat itu?Ā (Hadoowhh.. ini ngomongin web-nya, apa ngomongin admin webnya ya??Ā hehehhehee.. ^.^)
*
Tidak ada daun yang jatuh tanpa ijinNya..
Begitu pun lupaku saat itu..
Yakin bukan kebetulan, karena sejatinya tidak pernah terjadi kebetulan..
Yang ada adalah tautan-tautan ketentuanNya yang kadang kita terlupa..
Pun di sisi lain, harus belajar untuk lebih cermat dan teliti lagi..
**
Artikel ama puisina teu nyambung euy…
kumaha ieu teh..??
ah.. biarin lah ya.. da saha abdi mah atuh.. ^.^
Tags: Uncategorized

Sore itu, untuk persiapan bingkisan silaturahim menjelang ramadhan, janjian bertemu seorang teman di Botani Square untuk beli sirup dkknya
Karena harus menunggu cukup lama, jalanlah saya melewati berbagai toko, mulai dari jam, pakaian, sepatu, tas, sampai stand yang jual apartemen juga terlewati.
Disaat itu, tiba-tiba merasa miskin.. Iya miskin.. Padahal sebelumnya biasa aja, kaya nggak, miskin juga nggak..
Miskin, menurut KBBI artinya tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).
Nah itu dia, di hadapan deretan toko-toko yang berlayout cantik dengan beragam harga tiba-tiba merasa miskin, berpenghasilan sangat rendah, gaji sebulan bisa habis dalam sejam jika sebatas menuruti keinginan saja..
Dan sejam di Botani Square itu saya jadi merasa ‘miskin’..
Eit.. tapi itu dia, merasa.. perasaan..
Jika di depan toko cantik-cantik itu tiba-tiba merasa miskin, tapi di lain hari kita mungkin merasa sebaliknya, merasa sangat ‘kaya’, sangat berkecukupan, beruntung, dll
Biasanya merasa ‘kaya’ merasa ‘berkecukupan’ itu bukan di mall, bukan di tempat mewah, tapi saat kita di jalanan, di tempat-tempat kumuh, di kolong jembatan, dsb.
Ah betapa perasaan itu bersifat relatif. So, ke mall sesuai kebutuhan itu boleh, tapi jangan lupa melatih sensitivitas sosial kita dengan membuka mata telinga dan hati pada sekitar kita..
Belanja shopping itu boleh banget, tapi juga ingat pada kalo sebagian harta kita ada hak fakir miskin..
Ramadhan itu sejatinya melatih kita lebih peduli sosial, merasakan lapar dan haus, juga berbagi dengan mengeluarkan zakat. Ya, kalo pun kita lapar haus, itu karena wajib puasa, tapi diluar sana banyak yang harus haus lapar karena memang tidak mempunyai sesuatu untuk dicerna..
#Ramadhan1435H H+2
*tulisan copas bebas dari fb sendiri &Ā gambar dari blibli.com
* btw judul awalnya adalah Miskin Sejam, jadi cocok dengan gambar. Eh diganti judul jadi Mendadak Merasa Miskin, jadi ga nyambung ama jam hehehee ^.^
Tags: Uncategorized

Seperti biasa kelas ramai. Satu per satu mahasiswa saling menyuarakan diri. Ada yang memberikan pendapat, berbagi pengalaman, ataupun menanggapi tema tentang Etika yang sedang didiskusikan kelas saat itu. Ya, salah satu mata kuliah yang wajib kami ikuti di Kelas Kajian Ketahanan Nasional dengan kekhususan Kajian Strategis Pengembangan Kepemimpinan adalah Komunikasi Antar Budaya, dimana salah satu bahasannya adalah etika. Pada mata kuliah tersebut biasanya dosen kami akan bercerita tentang perbedaaan-perbedaan budaya yang lazim terjadi pada berbagai negara yang berbeda, kemudian kami berdiskusi bagaimana mensikapinya agar tidak menimbulkan konflik melainkan menjadikannya sebuah harmoni.
Salah satu hal yang saya ingat hingga kini dari Mata Kuliah tersebut adalah ketika dosen kami bercerita tentang kebiasaan di beberapa negara di luar negeri yang mendahulukan penyebrang jalan saat berkendara, terutama ketika berada di penyebrangan jalan.Ā [Yaiyalah.. tapi ya kadang, walaupun di area zebra cross kita sebagai pengendara teteup ga mau ngalah ama penyebrang jalan, saya maksudnya hehheeh ^.^] Beliau bercerita betapa penyebrang jalan di beberapa negara itu sangat dihargai. Mengalah pada penyebrang jalan adalah hal biasa, bahkan hal yang lazim di lakukan setiap pengendara disana.
Sebagai pengguna moda transportasi motor, penjelasan dosen tersebut cukup membuat saya gimanaa gitu hehehehee ^.^, mengingat diri sering kali tidak mau mengalah pada penyebrang jalan, walaupun tak jarang mereka menyebrang sembarangan ya, seperti tidak pada area zebra cross ataupun tidak menggunakan fasilitas jembatan penyebrangan. Tapi tak sering juga, pengendara baik motor maupun mobil yang tak mau mengalah, baik kepada sesama pengendara maupun kepada penyebrang jalan. Lihat saja bagaimana sikap pengendara ketika lampu merah berubah menjadi hijau di pertigaaan atau perempatan jalan. Hampir semua ingin melaju menjadi yang terdepan, tercepat, sebentar saja terlambat siap-siap saja di klakson kendaraan di belakang kita. Tett…tett..tett!!!!!
Wah, jika lihat semangatnya melaju, seolah-olah orang-orang tersebut luar biasa sibuk dan sangat tidak mau kehilangan waktu. Semoga saja demikian adanya. Tapi ya kok ga cuma pagi hari, pun ketika sore hari, saat orang-orang berkendara kembali ke kediaman, tak mengurangi kecepatan berkendara, padahal hari cerah, sudah tidak ada rapat kerja, bukankah setidaknya sesaat kita menikmati tiap meter yang kita lalui tanpa harus terburu dan tergesa?? [Nyindir diri sendiri ini sih hehehehe… ^.^]
***

Salah satu sudut jalan di depan SDC
Hari masih pagi ketika aku dan tiga orang teman mengunjungi Singapore Discovery Center. Ya, awal Februari yang lalu, bersama beberapa teman mengunjungi salah satu negara tetangga. Dengan tiket dan akomodasi ala backpacker kami menghabiskan 3 hari dengan mengunjungi berbagai tempat disana. Salah satu tempat yang ingin kami kunjungi adalah SDC. Sengaja kami berangkat sepagi mungkin karena lokasi tempat tersebut berada di salah satu ujung wilayah Singapura dan masih ada beberapa tempat yang akan kami kunjungi hari itu. Dari Stasiun MRT Bugis ke Joo Koon kemudian dilanjutkan berjalan kaki beberapa ratus meter, karena lokasinya tepat di belakang stasiun MRT tersebut. Nah, perjalanan ke SDC itulah yang membuat saya terpesona.
Lokasi SDC berada disebrang persimpangan jalan yang besar, hingga untuk mencapai ke sebrang harus melewati beberapa penyebarangan. Saat kami akan melintasi salah satu penyebrangan yang kebetulan berada di tikungan, kami berpapasan dengan truk yang berukuran besar. Kami sudah bersiap menghentikan langkah ketika melihat truk itu akan melintas. Ya, lebih baik menunggu beberapa menit dibanding harus mengambil resiko terlindas truk itu. Yah itu yang terbiasa kami, mungkin kita, lakukan disini.
Tapi apa yang terjadi kemudian di persimpangan jalan besar itu berbeda. Alih-alih menambah kecepatan, sang supir justru menghentikan kendaraannya dan dengan lambaian tangan dan senyumannya mempersilahkan kami terlebih dahulu menyebrang. Waaaww.. Kami berempat terkesima. “Hmm.. beneran nih.. ??” tanya saya dalam hati, campuran kagum dan iri.Ā “Kapan ya kami akan terbiasa bersikap seperti itu?Ā Terbiasa mendahulukan penyebrang jalan? Terbiasa saling menghargai sesama pengguna jalan?”
Mengingat diri masih sering menikmati semilir angin dalam kecepatan berkendara yang kadang terlupa ada hak orang lain disana, juga kadang tak sabar dan memarahi sesama pengendara, maafkan saya ya. ^.^
As ussually, seperti Aa Gym sampaikan, mulai dari diri sendiri, mulai dari hal kecil dan mulai dari sekarang. Yuk mari kita lebih tertib berkendara..^.^

Tags: Uncategorized
Tags: Uncategorized